Hehe.. Hoho.. Ray lagi kebayang-bayang sama Depa, Kucing imut yang rencananya mau dibeliin sama Alvin. Kakaknya Ray, sebenernya sih.. Ray tadinya mau ngasih nama kucing itu Apin, biar sama gitu sama kucingnya Upin dan Ipin. Tapi Alvin sama sekali gak setuju. Soalnya takut dikira ada hubungan sedarah kali ya. hoho.. Padahal sih, akuin aja tuh ya, kalo si Kucing ntuh, Jelmaan dari Putri khayalannya si Alvin waktu kecil. Iya.. Saking terobsesinya sama Sinetron, Alvin pernah mimpi kalo waktu kecil dia pernah ngobrol sama cewek cantik. Terus cewek itu pergi. nah, 10 tahun kemudian. Jengjereeeng..
Itu cewek dateng lagi, dan mereka hidup bahagia selamanyaa.. Oooh... So Sweet Sekaleee.. Nah, gara-gara Alvin ngancem, kalo kucingnya dikasih nama Apin dia bakal santet itu kucing. Hieey.. Ray kan ogah ngeliat kucingnya dicampur bumbu kacang(?) Makanya, akhirnya setelah bertapa untuk mencari amnesti. Akhirnyaa.. Ray menemukan sebuah nama. Ya, Depaaa!!! Itu dikarenakan rasa rindu yang amat sangat antara Ray sama kembarannya yang super duper amit-amit itu, emang dia bertolak belakang banget getoh sama Ray. ray imut-imut, Deva amit-amit *TeoriRay,jangansalahkanpenulis* Nah, gara-gara Si Deva yang pinternya gak ketulungan, si Deva dapet beasiswa deh ke Australian. Ooow.. Meninggalkan Ray sendiri dan sepi. Jadi Ray memutuskan buat ngasih nama itu kucing dengan nama Depa. Biar rasa kangennya terobati J
“Kak Alvin lama banget sih pulangnya.” Keluh Ray. senyum imut-imut yang tadiannya mau dipersembahkan untuk Alvin tercinta kini lenyap karena Orang yang ditunggu-tunggunya belum datang. Sebenarnya sih Ray maklum, Alvin kan udah kelas 9, ditambah lagi kesibukannya sebagai Pengurus OSIS. Yang entah kenapa, masih betah disandang sama Alvin. Padahal kan dia harusnya menyerahkan jabatannya ke adek kelasnya. Misalnya ke Ray nih, Kalo Ray jadi pengurus OSIS, Ray bakal membudayakan hidup sehat dengan cara berlatih drum sehari 3 kali. Kayak minum obat aja ya. tapi bener lho. Resep itu manjur. Buktinya aja liat deh Ray, badannya langsing dan kulitnya putih berseri.
“Miaaw..” Belom sempat Ray ngomel-ngomel tentang Kak Alvin, mendadak aja ada suara eongan. Ray celingak-celinguk mencari asal suara itu. siapa coba ya yang ngeong-ngeong?? Apa jangan-jangan ini Cuma halusinasi aja ya?? karena keinginan Ray yang amat sangat pengen punya kucing lantaran Deva gak ada, dan kedua orang tua Ray sibuk, Jadi Ray kesepian di rumah. Dia butuh temen main. Dan Kak Alvin janji mau ngasih kucing sekarang. Tapi Kak Alvinnya belom dateng. Dan dalam pengharapan Ray untuk memiliki kucing mendadak dia terbayang-bayang suara eongan kucing yang amat merdu dan mengibakan.
“Miaaaw..” Ray makin celingukan. Gak mungkin dong ya halusinasi sampe 3 kali. Maruk banget si Ray sedangkan beberapa orang diluar sana sama sekali belom pernah berhalusinasi. Kan gak adil banget gitu ya. jadi Ray yakin kalo suara eongan itu beneran suara eongan kucing. Akhirnya Ray nyari-nyari kucing itu. pertama dia nyari di bawah pot bunga Bougenville yang beratnya naudzubillee.. Tapi Kan Ray cowok kuat!! Jadi Gak bakal keberatan. Karena hasilnya nihil, bukannya kucing yang dia temukan, malah ada cacing yang ups.. disensor karena gak pake baju(?)
“Cacingnya malu kali ya, gak pake baju jadinya ngumpet di bawah pot.” Kata Ray sambil cekikikan sediri.
“Fokus Ray, Fokus. Ayo kita mulai cari lagi. Eh.. Kita?? Sama siapa?? Kebo kali ya. ah.. Geje!!” Kata Ray sambil berhaha-hihi. Dia nyari-nyari itu kucing sampe dia buka kulkas. Kan siapa tau aja si kucing haus, eh.. Malah kejebak di kulkas. Hehe.
“Brudakk..”
“Aduh..” Keluh Ray sambil ngusap-ngusap kepalanya yang nyium lantai. Ya, gara-gara gak hati-hati gini kan ya. jadi kesandung. Bukannya mau nyalahin sih ya. tapi kalo bukan gara-gara benda entah apa namanya itu, Ray gak bakalan kesandung kan?? Makanya, hati nurani Ray telah setuju untuk menyalahkan benda tersebut. Dengan galak Ray bangkit dan bersiap untuk mengambil benda itu dan rencananya akan dilempar olehnya dengan tidak beradap ke dalam pekarangan rumah Mpok Lenti, yang.. Gak ada tempat yang lebih mengerikan dan menakutkan disana. Gyahaha.. Tapi sebuah kepala terjulur memandang Ray. membuat cowok gondrong itu membeku. Sepasang mata manik, kumis selembar(?), hidung merah muda, mulut kecil yang tampak jelas taring di dalamnya jika dia menguap. Ya, gak salah lagi. Itu.. KUCING.
*
“Raay.. Sorry Kak Alvin telat!!!” Teriak Alvin yang membanting sepeda tandemnya asal-asalan. Dia menghampiri adiknya yang masih berdiri termangu memandang Kucing dekil itu.
“Raaay!! Jadi beli kucing gaak??” Tanya Alvin sambil mengguncang bahu Ray. Ray terkesiap kaget.
“Eh.. Apaan Kak??” Tanya Ray polos. Alvin menghela nafas.
“Jadi beli kucing tidaaak???” Tanya Alvin lagi. Ray nyengir.
“Jadi.. Jadi.. Ayok!!” Kata Ray semangat. Meskipun pandangan matanya tak lepas dari kucing kampung itu. Alvin mengikuti Ray yang sudah berjalan terlebih dahulu ke sepeda Alvin. Untungnya cowok berwajah oriental itu tak melihat kucing kampung berbulu hitam dekil itu. kalau melihat.. Hiey.. Mungkin Kucing itu sudah mendarat di Pekarangan Rumah Mpok Lenti. Ray dengan semangat menaiki sepeda itu.
“Aku yang Bonceng ya Kak!!!” Kata Ray dengan wajah memelas. Alvin geleng-geleng ala anak metal.
“No No No.. Lo belom cukup umur. Liat tuh, dari sadelnya aja masih jinjit.” Ledek Alvin. Ray memanyunkan bibirnya sebel.
“Awas lo Kak, nanti kalo gue udah gede terus ngendarain pesawat, Nanti Kak Alvin bakal gue bilang No No No.. Kak Alvin terlalu tua untuk mengendarai pesawat gahol khas anak muda kayak gini. Yoyoy Mameeen.” Kata Ray sambil bergaya ala anak metal alvin menoyornya.
“Jangan mulai autis deh.” Kata Alvin. Ray melotot.
“Gue udah sembuh.” Balas Ray. alvin ketawa ngakak.
“Udah ah, Kak Alvin kelamaan. Beli Bakso pake Mecin, Capcus Ciiin!!!” Kata Ray sambili meloncat menuju injakkan Kaki di sepeda Alvin. Dan sepeda Tandem itu pun meluncur menyusuri jalan komplek yang masih terlihat sepi.
*
Alvin dan Ray telah sampai. Mereka berdua segera memasuki Pet Shop setelah sebelumnya bertengkar dimana sepeda mereka akan parkir. Alvin kekeuh untuk memarkir sepedanya di parkiran motor, karena secara biologis *eaeaea Sepeda dan Motor merupakan sepupu jauh yang saling terikat. Sedangkan Ray berfikiran bahwa akan lebih berkelas jika sepeda mereka diparkir di parkiran mobil. Kan siapa tau aja Sepedanya bisa berubah jadi Mobil :D Akhirnya, mereka memilih jalan tengah. Yaitu.. Memarkir sepeda itu di tengah-tengah pembatas antara Parkiran Mobil dan Motor. Meskipun hal itu tidak mencegah kemungkinan bahwa sepeda mereka akan remuk redam terinjak-injak kendaraan yang berlalu lalang disana. Tapi mereka belum memedulikan itu. alvin dengan semangat berlari-lari menyusuri lorong Pet Shop. Ya, memang sebenarnya yang kepengan banget punya hewan peliharaan itu Alvin. Tapi orang tua mereka gak ngebolehin itu. soalnya mereka sedikit alergi pada bulu binatang. Makanya Alvin Cuma memendam keinginannya buat memiliki binatang peliharaan. Tapi sebenarnya, diam-diam Alvin memelihara Anjing Bulgeria yang dia titipkan pada sahabatnya Rio. Tapi yang membuat Alvin heran hanya satu. Kenapa giliran Ray yang meminta mereka kasih ya? apa secara tidak langsung mereka mengatakan bahwa mereka tak akan pulang dari Switzerland dan menghabiskan masa tua disana sampai akhir hayat dan melupakan anak-anak mereka di Indonesia (satu di Australia) yang terlantar dan kesepian.
“Iih.. Kak Kak.. Liat deh... Pengasah cakarnya lucu bangeet!!!!” Teriak Ray heboh hingga membuat beberapa pengunjung menatap ke arah cowok gondrong itu ingin tahu. Alvin menghampiri Ray dengan malas-malasan, dia sedang asyik melihat-lihat kalung anjing untuk Anjing Bulgarianya.
“Pilih kucingnya dulu Raay!! Ngapain ngeliatin pengasah cakar dulu -,- emang elo mau Meni Pedi.” Kata Alvin. Ray manyun.
“Tuh.. Liat disitu.” Kata Alvin sambil menunjuk bagian kucing. Ray menuruti Alvin, dia menghampirinya. Ray disambut ramah oleh penjaga pet shop yang tak henti-hentinya mencubiti pipinya dan menanyai umurnya seolah Ray bertambah tua 5 tahun setelah 1 menit.
“Adek mau cari kucing apa??” Tanyanya. Ray mengangkat bahu.
“Saya mau liat dulu.” Kata Ray cuek sambil melihat satu persatu kucing disana. Tapi tak ada yang menarik dirinya. Pikirannya sudah terikat dengan Kucing dekil itu. ya, ada yang istimewa dari kucing itu sepertinya. Terutama matanya, hijau cemerlang, mengingatkannya pada Mata Harry Potter.
“Bagaimana dengan kucing Persia ini??” Tanya Mbak itu ramah sambil mengangkat kucing Persia berwarna kecoklatan. Ray menggeleng.
“Kalau ini??” Tanya Mbak itu lagi sambil menunjuk Kucing Anggora dengan bulu putih seputih salju. Sekali lagi Ray menggeleng. Mbak penjaga pet shop itu menghela nafas putus asa.
“Jadi kamu mau yang mana?? Atau mau Hamster??” Tanya Mbak itu.
“Enggak kok.. Aku mau kucing.” Kata Ray. dia melihat Alvin datang ke arahnya dengan kalung anjing yang pasti untuk Anjing Bulgaria yang sering diceritakan Alvin.
“Gimana Ray?? udah nemu kucing belum??” Tanya Alvin. Ray menggeleng.
“Ya udah, besok kita ke Pet Shop lain aja deh ya.. Sekarang pulang yuk!! Udah malem.” Kata Alvin sambil berjalan ke arah kasir. Ray hanya mengikuti Alvin setelah membayar kalung itu, mereka menuju Sepeda mereka yang untungnya tidak kenapa-kenapa.
*
Alvin meletakkan sepedanya di garasi, sedangkan Ray hanya diam membisu. Dia mencari kucing kampung tadi.
“Hah.. Kalaupun ada, pasti dia sudah dibawa oleh ibunya.” Keluh Ray. wajahnya muram. Dia berjalan gontai menuju kamarnya. Sebentar kemudian dia terlelap, terbuai ke alam mimpi.
*
Bunyi jam alarm membangunkan Ray. dengan malas ia melihat ke arah jam weker di samping mejanya. Pukul 07.00, jika sekarang bukan hari minggu pasti Ray sudah kelabakan karena dia terlambat. tapi karena ini Hari Minggu Ray kembali tidur. Belum sempat ia memejamkan matanya, Alvin yang memang sudah bangun sejak 3 jam lalu mendadak masuk ke kamar Ray.
“Raay!! Ayo.. Beli kuciing!!” Kata Alvin semangat sambil lompat-lompatan di ranjang Ray. membuat tidur cowok gondrong itu terganggu.
“Siangan dikit napa Kak. Aku kan masih ngantuk.” Kata Ray. alvin menggeleng. Dia menyingkap selimut Ray.
“Gak bisaa.. Ready Pet shop Cuma buka sampe jam 9, kalo gak cepet, kita pasti datang kesana dengan keadaan toko yang tutup.” Kata Alvin. Ray manyun. Mengeluh sama pemilik Ready Pet Shop. Gak niat amat sih bukanya sampe jam 9, mending gak usah buka Pet Shop daah.. Ya, Meski begitu banyak sekali orang yang datang kesana. Karena Ready Pet Shop bisa dibilang Pet Shop terbesar di kota mereka. Dengan malas-malasan Ray bangkit dan mencuci mukanya. Lalu ia ke halaman depan sebentar. Sekedar untuk menyegarkan matanya yang sedikit sepet(?)
“Miaaw..” Ray mengucek-ucek matanya.
“Gak mungkin aku salah denger.” Gumam Ray semangat. Dia melihat ke bawah. Disana.. Kucing buluk.
“Huwaaaa.. Kucing buluk gueee.. Kangeen.. Kangeen!!” Teriak Ray heboh sambil meluk kucing itu bahagia. Alvin yang denger teriakkan Ray jadi bingung terus ngacir nyusul Ray.
“Ya ampun. Ada kucing rabies!! Harus segera dimusnahkan Ray!!” Kata Alvin. Ray memeluk Kucingnya makin erat.
“Jangan Kak. Aku gak mau kucing lain selain kucing ini.” Kata Ray dengan wajah memelas.
“Udah deh Ray, Lo kan bisa beli kucing lain yang lebih bagus dari pada kucing bulukkan ini.” Kata Alvin. Ray segea saja menutup telinga kucing itu.
“Jangan terlalu keras Kak. Nanti dia dengar.” Kata Ray. alvin menghela nafas kesal. Memang memerlukan kesabaran ekstra dalam menghadapi adiknya yang satu ini.
“Itu Kan kenyataan Ray -,- Kenyataan memang menyakitkan. Nah, letakkan kucing itu dan biarkan dia bebas, dan sekarang gue anjurin segera cari taksi buat ke ReadyPetshop. Ray menggeleng.
“Aku gak mau Kak!!! Liat deh kucing ini. aku kan mau kasih kucing yang bakal jadi peliharaanku nama Depa. Kan.. Kucing ini benar-benar mencerminkan Deva Kak. Ya kak.. Ya kak..” Mohon Ray. alvin geleng-geleng.
“Kembaran sendiri dikatain kucing buluk.” Gerutu Alvin.
“Sakarepmulah.” Kata Alvin sambil ngeloyor masuk. Ray melongo sebentar, terus lompat-lompat girang.
“Yes... Yes.. Depaa... Lo udah resmi jadi milik gue!!!” Kata Ray.
*
“Miaw..” Depa mengeong kesal kepada Ray yang memandikannya dengan paksa.
“Udah Depaa.. Diem dulu. Kalo mau jadi kucing Ray harus cakep kayak Ray. liat dong gue. Cakep kan?? Nah makanya, kucingnya juga harus cakep iya gak seeh??” Kata Ray sambil mengusap-usap bulu keabu-abuan Depa dengan shampo kucing.
“Miaw.. Miaw.. Miaw.. Miaw..” Depa memprotes lagi. Mungkin dalam bahasa manusia dia bakal bilang “Aku kan udah cakep, ngapain sih pake dimandiin segala. Kayak cewek aja pake perawatan!! Ini merusak harga diriku sebagai kucho alias kucing Macho di kalangan kompleks Permata Indah.” Dan bukannya prihatin, Ray malah cekikikan denger ocehannya si Depa.
“Dasar kucing setres. Udah tau gue gak ngerti lo ngomong apa. Masih nekat aja kumur-kumur.” Kata Ray gaje. Depa makin manyun. Dia pura-pura bersin sampe buih sabun berhamburan ke arah Ray.
“Depaaa!!” Kata Ray sebel. sedangkan si Depa Cuma nyengir gaje. Meskipun cengirannya hanya bisa disebut seringai, menunjukkan taring-taring kecilnya.
“Taring lo kotor Ya Dep. Abis ini kita gosok gigi ya!!” Kata Ray. dan Depa baru menyadari. Tersenyum itu merupakan Malapetaka Besar.
*
“Kak Alviiiin!!! Liat deh ini.. Depa udah cantik kaan.. Kayak kucing di Pet Shop. Kalah deh kali yaaa!!” Teriak Ray heboh ke Kak Alvin yang lagi asik sama Anjingnya yang kebetulan dibawa sama Rio pas Rio main ke rumah Alvin.
“Miaaw..” Depa mengeong takut, melihat Anjing Bulgaria yang diresmiin sama Alvin dengan nama Buccho(?)
“Jangan takut. Anjing Kak Alvin baik kok.” Kata Ray menenangkan Depa. Depa hanya bersembunyi di belakang Ray, melupakan kejadian pemandian secara paksa yang membuatnya ngambek beberapa menit tadi.
“Rrrh.. Guk.. Guk.. Guk!!!!” Baru Depa menghela nafas lega karena kata-kata Ray. depa ketakutan sambil bersembunyi ke dalam saku mantel Ray.
“Miaaaw..” Kata Depa sambil berlari keluar. Buccho mengikuti dari belakang, membuat Depa mempercepat larinya.
“Guk.. Guk.. Guk!!!”
“Depaaa!!” Teriak Ray sambil berlari menyusul Depa. Dia takut kucing yang baru dimilikinya 1 jam yang lalu kenapa-kenapa.
*
“Depaaa.. Depaaa..” Teriak Ray sambil mencari-cari kucingnya.
“Miaw.. Miaw.. Miaw..”
“Guk.. Guk.. Guk..” Ray tersentak. Gak salah lagi. Itu pasti suara Depa dan Buccho. Ray celingukan mencari Depa dan Buccho. Sebenarnya Ray takut kalau Depa disakiti oleh Buccho, kalau benar. Entah apa yang akan dilakukannya pada Buccho. Melemparnya ke pekarangan Mpok Lenti dia rasa cukup menarik :p Tapi untunglah ia tak perlu melempar Buccho ke pekarangan Mpok Lenti, selain tubuh Buccho yang memang cukup besar dan berat untuk diangkat dan dilempar ke Pekarangan Mpok Lenti, ternyata Buccho dan Depa sedang mengobrol bersama. Bukan seperti Spike, yang selalu menindas Tom di film Minggu Pagi Tom & Jerry.
“Mereka hewan peliharaan kamu?” Tanya seorang gadis mendadak di belakang Ray yang ternganga menatap Depa dan Buccho yang bertingkah seolah-olah mereka adalah teman lama.
“Eh?? Iya..” Kata Ray seadanya. Gadis itu tertawa.
“Lucunya.. Aku selalu ingin memiliki hewan peliharaan..” Kata gadis itu lagi. Ray menoleh ke arah gadis itu. Dan dia baru menyadari sesuatu. Ternyata Gadis itu memakai Kursi Roda!! Sepertinya gadis itu mengetahui arti tatapan aneh Ray.
“Aku pincang, sejak 2 tahun lalu.” Kata gadis itu. ray mengangguk mengerti.
“Maaf ya.” Katanya.
“Gak pa pa Kok, pandangan aneh itu sudah sering kudapatkan.” Kata gadis itu sambil tersenyum manis. Membuat Ray makin merasa bersalah.
“Oh iya, Nama kamu siapa??” Tanya Ray.
“Aku Acha.” Jawab gadis itu.
“Kamu mau berkenalan dengan Kucingku??” Tanya Ray. gadis itu mengangguk semangat.
“Depaa.. Sini!!” Panggil Ray. depa menoleh malas-malasan.
“Miaaw..” Protesnya. Ya, Depa sedang asyik menggosipkan kucing cantik yang tinggal di rumah besar bercat putih di ujung jalan itu dengan Buccho.
“Iih.. Pake protes segala. Nurut gak!!” Kata Ray. dengan amat terpaksa Depa mendekati Ray. dia melihat ke arah Acha seakan Acha adalah bidadari yang turun dari kahyangan.
“Miaaw.. Miaaw.. Miaaw..” Kata Depa manja sambil melompat ke pangkuan Acha.
“Depa!! Gak sopan!!” Kata Ray sambil menjewer telinga Depa. Acha tertawa geli.
“Gak pa pa kok. Aku justru senang. Dia sungguh menggemaskan.” Kata Acha sambil mengelus bulu Depa. Dan Ray melihat Depa memeletkan lidahnya ke arah Ray, membuat cowok gondrong itu benar-benar memiliki rencana untuk melemparnya ke Pekarangan rumah Mpok Lenti #Disitumuluyak--“#
“Achaa.. Ayo makan!!” Acha menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Dengan sangat berat hati dia menoleh pada Ray.
“Ray.. Maaf yaa.. Aku harus pulang. Padahal aku masih mau main dengan Depa. Ya sudah, aku duluan ya!!” Kata Acha sambil menyerahkan Depa yang sebenarnya masih PW tidur-tiduran di Pangkuan Acha. Kucing berbulu abu-abu itu mengeong kesal.
“Bye Ray.. Bye Depa!! Lain kali kita ketemu lagi yaa!!” Kata Acha sambil tersenyum manis lalu membawa kursi rodanya meluncur melewati Jalan setapak taman.
Ray dan Depa terdiam. Memandangi bayangan Acha. Tiba-tiba Depa menoleh ke arah Ray.
“Meong??” Kata Depa. Ray ketawa. Entah kenapa, dia bisa mengetahui apa yang diucapkan oleh Depa.
“Napa?? Cemburu ya kalo gue jadian sama Acha?? Kasian deh lo.. Makanya jangan jadi kucing.” Ledek Ray. depa merengut.
“Miaw.. Miaw.. Miaw..” Gerutunya sambil mengasah cakarnya. Ray terkikik, dia tahu.. Pasti Depa sedang menggerutu kenapa dia dulu mau dipelihara oleh Ray.
“Guk.. Guk.. Guk!!” Mendadak Buccho yang tadinya Ray kira sudah pulang duluan menggonggong di belakang mereka. Membuat Ray dan Depa terlonjak kaget.
“Ya ampun Buccho, kukira kau sudah pulang!! Ya sudah.. Ayo lah kita pulang. Sepertinya Kak Rio dan Kak Alvin tak akan suka bila kita pulang terlalu sore.” Kata Ray sambil menarik Tali kalung *Apaan itu namanya ya?? -,-a* Buccho. Dan mereka bertiga berjalan di bawah langit yang berwarna kejinggaan.
*
“Hai Acha!!” Sapa Ray keesokan harinya di tempat yang sama. Acha tersenyum.
“Hai Ray!! Hai Depa!!” Sapa Acha balik.
“Miaaw!!” Kata Depa sambil melompat ke pangkuan Acha seperti biasanya. Acha terkekeh. Dan seperti biasa ia mengelus-elus bulu halus Depa.
“Mau jalan-jalan keliling taman??” Tanya Ray. acha mengangguk.
“Mau banget!!” Kata Acha. Ray langsung mendorong kursi roda Acha perlahan.
“Aku iri dengan mereka.” Gumam Acha sambil melihat ke arah sekumpulan anak-anak kompleks yang sedang bermain sepak bola.
“Dulu aku sangat bercita-cita menjadi Ballerina.” Kata Acha pelan.
“Karena kecelakaan itu.. Semua mimpiku hancur.” Kata Acha lagi. Bahunya naik turun.
“Teman-temanku menjauhiku sekarang, setelah tahu.. Aku.. Acha sang Ballerina berbakat tak memiliki.. Kaki..” Lanjutnya. Ray ingin menghiburnya. Tapi.. Cowok berumur 13 tahun itu bingung akan apa yang harus ia lakukan.
“Bahkan.. Kedua orang tuaku membuangku.. Ke rumah nenekku. Hebat sekali bukan hidupku??” Kata Acha lagi. Ray menyentuh pundak Acha.
“Jangan gitu dong Cha!!! Ayo lah semangaat.. Kan kamu masih punya Nenek Kamu, Aku dan.. Depa.” Kata Ray. acha tersenyum. Dia baru menyadari senyumnya gak akan bisa dilihat Ray.
“Hehe.. Makasih ya Ray. huh.. Mungkin karena perubahan yang begitu drastis dalam hidupku, aku jadi tak memiliki semangat hidup.” Kata Acha lesu. Ray senyum kecil.
“Eum.. Ray..” Panggil Acha. Ray menoleh.
“Apa??” Tanyanya.
“Kamu mau jadi sahabatku??”
*
“Hoaaaahm..” Depa menguap. Dia menggulung tubuhnya dan berguling-guling. Dia menyentuh kepalanya yang terasa pening dengan cakarnya. Meminta tolong kepada Ray dengan tatapan mautnya(?) Tapi percuma, melihat ke arahnya saja tidak. Ray sedang sibuk mondar-mandir melirik jam. menunggu waktu berjalan. Depa menguap sekali lagi tak peduli. Hari ini sangat membosankan. Buccho tak datang. Ya, dia tahu.. Dia sedang pergi ke dokter dengan Rio, tadi Depa mendengarnya saat Ray berbicara dengan Alvin. Katanya Buccho memiliki masalah dengan tenggorokannya. Ah, semoga Buccho baik-baik saja.
“Aduh.. Kita mau ngapain ya Dep?? Kak Alvin sama Kak Rio ke dokter, Mama Papa masih kerja, mana Acha hari ini terapi lagi.” Keluh Ray. ya, belakangan ini Acha jadi sering ke dokter untuk memulihkan Kakinya. Pamannya yang datang dari Jakarta lah yang berikeras untuk membawanya Terapi. Meski Acha sendiri sudah putus asa Kakinya tak akan sembuh.
“Miaw.. Miaw..” Jawab Depa. Ray mencibir.
“Makan terus, baru juga 10 menit yang lalu kau memanggil tukang es krim.” Gerutu Ray mendengar jawaban Depa yang artinya “Makan Saja!!” Depa terkulai kesal. Dia berlari-lari keluar dari ruang tamu yang gelap dan pengap itu. dia hanya sekedar mencari kesibukkan dengan berlari-lari keluar.
“Brukk..” Depa menabrak Kaki seseorang. Dia menengadahkan kepalanya. Sesosok cowok berwajah imut dengan mata belo mengangkat tengkuknya dan memandangnya lekat -,-
“Kucing siapa nih??” Tanyanya.
“Meong Meong!! Meong Meong Meong Meong Meong!!!” Kata Depa heboh. cowok itu mengerutkan keningnya.
“Apaan?? Udah jelas-jelas ini rumah gue. Ngaku-ngaku aja lo!!” Kata cowok itu sambil menyentil hidung Depa.
“Miaauw >,<”
“Deva??” Tanya Ray. sedikit terkejut melihat kembarannya berada di teras rumahnya. Cowok belo itu (Deva) Segera melempar Depa asal lalu menghampiri Ray.
“Raay!! Gue kangen sama loo!! Aussie sepi gilaaa.. Lebih sepi dari pada disini.” Kata Deva semangat.
“Gue juga kangen sama Lo!!! Sepi deh rumah gak ada lo!!” Kata Ray.
“Kak Alvin mana?? Gimana kabar Buccho?? Gimana Kabar Mpok Lenti?? Gimana kabar Keke?? Gimana Kabar Obiet?? Mama sama Papa udah pulang belum??” Tanya Deva bertubi-tubi.
“Nanya satu-satu apa lo -,-a” Kata Ray sebel. deva hanya nyengir.
“Ceritain semuanya Ray!!” Kata Deva sambil merangkul kembarannya memasukki rumah. Deva yang tadi jatuh ke semak-semak mengeluh panjang-pendek. Ia membersihkan daun yang menempel di telinganya.
“Ooh.. Jadi itu yang namanya Deva ya.. Yang benar-benar disayangi oleh Ray!! gak bisa. Cuma aku yang boleh disayang sama Ray!!” Batin Depa sebal.
“Fufufu.. Kau bodoh sekali Depa..” Depa mendelik, menatap garang Crisco, kucing berandalan yang suka berbuat onar di kompleks Indah Permata.
“Apa sih Crisco. Sewot aja lo!!” Ketus Depa.
“Wah.. Mentang-mentang baru mendapat majikan baru jadi sombong ya!!!” Kata Crisco sambil melipat cakarnya di depan dada. Depa menatapnya sebal.
“Apa sih mau mu??” Kata Depa kehabisan kesabaran.
“Tidak, hanya mau melihat.. Sejauh mana majikan barumu dapat bertahan denganmu.” Katanya. Depa mencibir.
“Dengar ya.. Majikan baruku itu amat sangat menyayangiku, jadi tak mungkin dia akan meninggalkanku. Dan aku juga memiliki Nona kecil. Jadi tak mungkin aku dibuang oleh majikanku dan menjadi kucing gelandangan seperti KAU!!” Kecam Depa. Crisco menatap Depa penuh kebencian.
“Itu masa lalu. Majikanku sangat BODOH!! Sehingga dia tidak menyadari kehadiran dan seluruh pesonaku.” Kata Crisco angkuh. Depa tertawa mencemooh.
“Kenapa kau tidak jujur saja sih?? Katakan saja kalau kau jelek, pemalas dan tidak menarik!!” Ejek Depa. Crisco menatap Depa marah.
“Huh.. Lihat saja nanti. Kau akan mendapat perlakuan yang sama denganku!!!” Kata Crisco sambil meninggalkan Depa yang menatap Crisco garang.
“Enak saja. ray gak akan mungkin melupakanku.” Kata Depa sambil berjalan riang menghampiri Ray.
“Miaaw..” Katanya manja sambil mengelus-ngelus kepalanya di kaki Ray yang sedang asik mengobrol dengan Deva.
“Apaan sih ini kucing??” Katanya sambil mengangkat Depa kesal. Glekk.. Deva salah. Wajah mereka mirip sih.
“Miaaw..” Teriak Depa saat ia dilempar keluar oleh Deva. Dia kembali masuk. Kali ini ia membawa mainannya.
“Miaaw!!” Kata Depa sambil memastikan bahwa orang yang dia ajak bicara adalah Ray. ray menoleh singkat.
“Oh.. Mau main??” Kata Ray sambil mengambil mainan Depa. Mata Depa bersinar gembira.
“Nih.. Tangkap!!” Kata Ray sambil membuang mainan itu asal. lalu melanjutkan obrolannya dengan Deva. Depa menatapnya kesal.
“MeongMeongMeongMeong!!” Protes Depa keras. Tapi Ray tak menggubrisku. Dia lebih senang mengobrolkan tentang Pesta Ulang Tahun Sekolah dengan Deva dibanding bermain dengan Depa. Yah, ternyata Ray sudah menemukan penggantiku. Hiks.. Benar kata Crisco. Dengan lesu Depa keluar rumah mereka. Ia berjalan tak tentu arah. Dan tak dapat dia kendalikan, dia sudah berada di depan markas geng kucing, yang menatapnya.
“Ow.. Sudah dibuang rupanya!!” Sindir Crisco. Depa memanas. Dia berbalik bersiap pergi.
“Hei.. Mau kemana kau Depa??” Ejek Rount, ketua Geng Kucing. Depa menggeram.
“Hanya majikanku yang boleh memanggilku dengan nama seperti itu!!” Geram Depa. Rount tertawa.
“Majikan?? Maksudmu.. Lelaki berambut gondrong yang telah melupakanmu??” Tanya Rount.
“Yah.. Paling tidak, aku masih memiliki Nona kecilku!!” Kilah Depa. Kali ini Crisco yang tertawa.
“Gadis Pincang itu??? yang benar saja..!!” Kata Crisco. aku menatapnya sengit.
“Hei.. Sudah mau pergi?? bagaimana kalau kita main air sebentar??” Ajak Rount saat aku hendak berbalik untuk pergi. jantungku hampir copot. Perasaanku tak enak. Ray.. Tolong Aku!!
*
“Lepaskan Aku!!!” Teriakku saat Geng Kucing mendorong-dorongku menuju sungai deras itu. Tuhan.. Kau tahu kan kalau kucing takut air!!
“Ayolah mandi dahulu sebentar!!” Kata Ferdinand kejam. Lalu mendorongku hingga jatuh ke air.
“Byuuur..” Aku merasa sesak. Entah sudah berapa banyak air yang sudah kutelan. Ray, tolong aku!!!
Aku memejamkan mataku. Mungkin aku akan mati.
“Byuuur..” Aku mendengar suara yang lebih besar, dan sosok tangan hangat merengkuhku. Mungkinkah itu tangan malaikat??
“Depaa.. Kamu gak pa pa kan??” Kata Ray khawatir. Tubuhnya basah kuyup dan ia menggigil.
“Miaw??” Aku menggoyang-goyangkan tubuhku, mengusir air-air itu agar pergi dari bulu-buluku. Aku mencari berkeliling, hanya ada Deva, membawa sebuah handuk. Aku tak menemukan tanda-tanda Geng Kucing. Mungkin mereka kabur :p
“Depaa.. Maafkan aku.. Aku tak bermaksud tak peduli padamu!!” Kata Ray sambil memelukku. Aku tersenyum. Paling tidak, Crisco salah. Aku tak dibuang oleh majikanku. Mungkin aku kucing terberuntung di duniaa!! Karena aku.. Memilikimu...”
----------SELESAI----------
0 komentar:
Posting Komentar